Indonesia Tidak Perlu Pembangkit Nuklir
02 Agustus 2010
. Share
VIVAnews - Anggota Dewan Energi Nasional Rinaldy Dalimi menilai Indonesia belum siap membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dalam 10 tahun ke depan. Bahkan, PLTN berisiko tinggi di Indonesia karena terletak di daerah ring of fire yang rawan gempa.
Dia menilai selain potensi tempa, potensi uranium Indonesia juga sedikit. Itu tidak ekonomis untuk ditambang sehingga harus impor uranium. Selain itu, Indonesia belum menguasai teknologi pembangkit listrik tersebut. Alasan lainnya adalah biaya investasi dan harga listrik dari PLTN akan lebih mahal karena daerah gempa menimbulkan biaya risiko.
Energi nuklir tak perlu digunakan karena Indonesia mempunyai sumber daya energi terbarukan yang dapat menggantikan peran PLTN. Indonesia bisa memanfaatkan potensi energi terbarukan dari CPO, air laut yang berpotensi 240 ribu megawatt, dan panas bumi.
"Dengan alasan tersebut Indonesia belum siap membangun PLTN dalam 10 tahun ke depan," ujar dia dalam seminar di Gedung BPPT di Jakarta Senin 2 Agustus 2010.
Dia mengingatkan negara Australia yang penghasil uranium tertinggi saja tak mau membangun PLTN. Jika nantinya mengimpor uranium, belum diketahui dari negara mana sumbernya. Hal ini juga dihambat dengan institusi yang mengoperasikan PLTN belum ada dan SDM untuk operator belum siap.
Namun Rinaldy setuju jika Indonesia mendalami penguasaan teknologi nuklir, meski bukan untuk membangun PLTN karena memang belum saatnya.
Dia menilai selain potensi tempa, potensi uranium Indonesia juga sedikit. Itu tidak ekonomis untuk ditambang sehingga harus impor uranium. Selain itu, Indonesia belum menguasai teknologi pembangkit listrik tersebut. Alasan lainnya adalah biaya investasi dan harga listrik dari PLTN akan lebih mahal karena daerah gempa menimbulkan biaya risiko.
Energi nuklir tak perlu digunakan karena Indonesia mempunyai sumber daya energi terbarukan yang dapat menggantikan peran PLTN. Indonesia bisa memanfaatkan potensi energi terbarukan dari CPO, air laut yang berpotensi 240 ribu megawatt, dan panas bumi.
"Dengan alasan tersebut Indonesia belum siap membangun PLTN dalam 10 tahun ke depan," ujar dia dalam seminar di Gedung BPPT di Jakarta Senin 2 Agustus 2010.
Dia mengingatkan negara Australia yang penghasil uranium tertinggi saja tak mau membangun PLTN. Jika nantinya mengimpor uranium, belum diketahui dari negara mana sumbernya. Hal ini juga dihambat dengan institusi yang mengoperasikan PLTN belum ada dan SDM untuk operator belum siap.
Namun Rinaldy setuju jika Indonesia mendalami penguasaan teknologi nuklir, meski bukan untuk membangun PLTN karena memang belum saatnya.
See Also:
Labels: Berita, Fakta Unik, Tahukah Anda